Perang Iran-Israel menjadi salah satu peristiwa geopolitik paling signifikan dalam dekade tahun 2025 ini. Perang tersebut tampak berpotensi memengaruhi stabilitas energi global hingga keamanan internasional.
Pasalnya, konflik antara Iran dan Israel telah lama membara. Terutama terkait program nuklir Iran yang memicu ketegangan dinamika geopolitik di wilayah Timur Tengah.
Sejak Revolusi Islam Iran pada 1979, Iran secara konsisten menunjukkan dukungan kuat terhadap kelompok-kelompok Palestina. Iran juga secara terbuka menentang keberadaan Israel.
Di sisi lain, Israel memandang Iran sebagai ancaman eksistensial, terutama karena program nuklir Iran yang dituduh Israel memiliki ambisi regional.
Pemicu Utama Perang Iran-Israel 2025
Peristiwa yang memicu perang Iran-Israel 2025 terjadi ketika Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) merilis laporan penting di Wina pada 12 Juni 2025.
Laporan ini menyatakan Iran melanggar kewajiban nonproliferasi nuklir untuk pertama kalinya dalam 20 tahun berdasarkan Perjanjian Non-Proliferasi Senjata Nuklir (NPT). Beberapa faktor ketegangan yang telah lama membara akhirnya mencapai puncaknya pada 2025 ini.
Berikut ini beberapa fakta utama yang menjadi pemicu utama perang Iran-Israel berdasarkan laporan IAEA Iran 2025.
Program Nuklir Iran
Iran disebutnya memiliki 409 kg uranium dengan kemurnian 60% yang membuat negara Israel merasa khawatir. Kemudian Israel menuduh Iran telah mencapai kemajuan signifikan dalam pengayaan uranium.
Seperti dikutip dari The Times of Israel, kemurnian Uranium tersebut telah mendekati level yang dibutuhkan untuk pembuatan senjata nuklir.
Meskipun Iran bersikeras bahwa programnya hanya untuk tujuan sipil, Israel melihat perkembangan ini sebagai ancaman langsung terhadap keamanan negaranya.
Sebuah laporan intelijen yang dikutip Associated Press mengindikasikan bahwa Iran memiliki bahan fisil dalam jumlah besar. Hal ini dikabarkan semakin memperkuat kekhawatiran Israel.
Namun, IAEA tidak menemukan bukti Iran sedang mengembangkan senjata nuklir. Akan tetapi laporan pelanggaran yang dirilis oleh IAEA memicu kekhawatiran global.
Sebagaimana diberitakan, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyebut laporan ini sebagai “konfirmasi ancaman nuklir Iran,” meskipun IAEA menegaskan tidak ada bukti senjata nuklir.
Dukungan Iran terhadap Faksi Palestina
Iran memberikan dukungan politik dan militer kepada berbagai kelompok Palestina yang seringkali terlibat konflik dengan Israel. Hal ini tampak semakin memperburuk ketegangan antara Israel dengan Iran.
Seperti yang dilaporkan Al Jazeera, dukungan Iran kepada Palestina dianggap Israel sebagai upaya destabilisasi di kawasan tersebut.
Selain itu, situasi politik di Timur Tengah yang selalu dinamis dan komplek juga turut memicu ketegangan geopolitik antara Iran dan Israel. Ketegangan proxy yang berlangsung di Suriah, Lebanon, dan Yaman juga menjadi medan persaingan tidak langsung antara kedua negara tersebut.
Kronologi Perang Iran-Israel 2025
Perang terbuka antara Iran dan Israel dimulai dengan serangkaian peristiwa yang cepat dan mengejutkan. Seperti dilaporkan oleh berbagai kantor berita internasional, perang Iran-Israel meletus pada Juni 2025.
Bermula dari Serangan Israel
Awal mula perang Iran-Israel dipicu oleh serangan Israel pada Jumat dini hari, 13 Juni 2025 sekitar pukul 23:00 WIB. Israel memulai melancarkan serangan militer besar-besaran terhadap Iran setelah menunggu 14 jam informasi operasional dari IDF.
Menurut pernyataan resmi dari Israel Defense Forces (IDF) yang dipublikasikan melalui akun X resmi @IDF, serangan pembuka Israel ini bertujuan untuk menghentikan ancaman nuklir dan militer Iran.
PM Israel, Benjamin Netanyahu juga menyatakan serangan ini sebagai langkah krusial untuk mencegah Iran menjadi kekuatan nuklir, seperti yang dikutip dari The Jerusalem Post.
Mirisnya, rangkaian serangan udara dari Israel tersebut menargetkan lebih dari selusin lokasi vital di kota Iran. Termasuk diantaranya adalah:
Fasilitas Nuklir
Sebagaimana dikonfirmasi oleh IAEA, fasilitas nuklir di Natanz, Isfahan, dan Fordow menjadi sasaran serangan Israel.
Fasilitas Militer
Kompleks militer, termasuk markas komando Garda Revolusi Islam (IRGC), perumahan komandan senior, dan pusat pengembangan rudal Iran juga turut dihantam rudal Israel.
Infrastruktur Non-Militer
Beberapa depo gas dan kilang minyak juga menjadi target serangan Israel. Tujuannya untuk melumpuhkan kapasitas ekonomi dan logistik Iran.

Disamping itu, pemimpin militer seperti Komandan IRGC Hossein Salami dan ilmuwan nuklir Fereydoun Abbasi juga menjadi target serangan Israel.
Dampak serangan Israel ke Iran ini menyebabkan puluhan korban jiwa dan ratusan orang sipil mengalami luka-luka. Menurut laporan IRNA, lebih dari 200 warga sipil Iran tewas, termasuk komandan militer dan ilmuwan.
Sejumlah Infrastruktur penting di Iran seperti depot minyak dan bandara juga dilaporkan mengalami kerusakan signifikan.
Respon Serangan Balasan Iran
Beberapa jam setelah serangan Israel, Iran dengan cepat melancarkan serangan balasan besar-besaran. Garda Revolusi Iran mengonfirmasi ratusan pesawat tak berawak (drone) dan rudal balistik meluncur drastis menuju ke wilayah Israel.
Dilansir dari Fars News Agency, staf umum angkatan bersenjata Iran menyatakan bahwa Iran telah menembakkan ratusan rudal balistik, hingga rudal hipersonik Fattah-1 ke wilayah Israel.
Mereka menargetkan sejumlah kota-kota besar di Israel, seperti Tel Aviv, Haifa, Yerusalem. Beberapa kota lainnya seperti Tamra, Bat Yam, dan Rehovot, juga menjadi sasaran serangan rudal Iran.
Tidak hanya itu, serangan balasan Iran juga menargetkan fasilitas militer dan infrastruktur sipil Israel. Meski sistem pertahanan Iron Dome Israel dapat mencegat serangan, namun sebagian besar rudal Iran berhasil menembusnya dan menghancurkan beberapa bangunan rumah penduduk Israel.

Akibat serangan balasan Iran ini, sekitar 24 warga Israel tewas. Kerusakan signifikan juga terjadi pada sejumlah infrastruktur di kota Israel sebagaimana dilaporkan Haaretz.
Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei menyebut serangan Israel sebelumnya dianggap sebagai deklarasi perang, dan pihaknya menjanjikan hukuman berat.
Ketegangan Perang Iran-Israel (14-17 Juni 2025)
Setelah serangan awal dari Isarel yang mengguncang Iran, siklus saling serang antara kedua negara terus berlanjut tanpa jeda. Aksi saling serang ini mencerminkan ketegangan yang semakin mengkhawatirkan.
Pada 14 Juni 2025, Iran melancarkan serangan balasan yang tiada henti. Kemudian Israel membalasnya dengan serangan udara lanjutan.
Sehari kemudian, Iran kembali meluncurkan dua gelombang rudal tambahan pada 15 Juni 2025. Serangan ini menyebabkan peningkatan jumlah korban sipil yang signifikan. Sebagai respons, Israel juga melancarkan serangan udara balasan.
Kemudian pada 16 Juni 2025, situasi menunjukkan kedua belah pihak masih terus terlibat dalam baku serangan. Memasuki 17 Juni 2025 dan hari-hari berikutnya, konflik Iran-Israel tampak terus memanas.
Kedua negara ini terus melakukan serangan saling balas hingga menyebabkan ratusan korban dan kerusakan infrastruktur mereka.
Reaksi PBB dan Negara Besar Lainnya
Perang Iran-Israel telah memicu respons cepat dari seluruh penjuru dunia. Sejumlah negara besar tampak menyerukan agar konflik kedua negara ini tidak meluas dan mencari jalan keluar secara diplomatik.
Amerika Serikat melalui Presiden Donald Trump menyatakan, pihaknya tidak terlibat langsung dalam serangan awal Israel. Namun, Washington mengakui telah membantu Israel mencegat rudal-rudal yang diluncurkan Iran melalui sistem pertahanan canggih mereka.
Sementara itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Uni Eropa menyuarakan keprihatinan mendalam. Melansir Al Jazeera, kedua organisasi internasional ini tampak menyerukan gencatan senjata.
Sayangnya, hingga 16 Juni 2025, seruan tersebut belum menghasilkan resolusi konkret yang mampu menghentikan pertempuran.
Di sisi lain, Rusia dan China bereaksi dengan mengutuk keras serangan yang dilancarkan Israel. Berdasarkan laporan Reuters, kedua negara besar ini secara tegas menyerukan penghentian agresi dan meminta semua pihak menahan diri.
Meski PBB dan AS berupaya menyerukan de-eskalasi, tetapi konflik Iran-Israel tampak tetap berlanjut. Bahkan, The Times of Israel mengutip sumber keamanan yang menyebutkan adanya dugaan keterlibatan Amerika Serikat dalam serangan terhadap fasilitas nuklir Iran. (Zonalima.com)