10 Risiko Diet Karnivora: Ancaman Tersembunyi yang Mengguncang Kesehatan

Aris Ha

Sejumlah risiko diet karnivora berikut ini diklaim memiliki ancaman tersembunyi yang jarang diketahui orang.

Pasalnya, diet karnivora memiliki batasan yang sangat ketat karena menghilangkan hampir semua kelompok makanan kecuali produk hewani.

Pembatasan ini menyebabkan sejumlah risiko diet karnivora yang perlu dipertimbangkan sebelum menjalani pola makan tersebut.

Salah satu risiko diet karnivora yang paling utama adalah potensi kekurangan nutrisi penting. Hal ini karena diet karnivora merupakan sebuah pola makan yang mengutamakan konsumsi makanan berbasis hewani.

Baca juga:
Pro dan Kontra Diet Karnivora, Apakah Berguna atau Justru Berisiko? Begini Faktanya!

Mereka yang melakukan diet karnivora tampak sepenuhnya mengabaikan konsumsi buah, sayuran, biji-bijian, serta kacang-kacangan. Padahal, komponen tersebut berperan dalam menjaga kesehatan sistem pencernaan dan kekebalan tubuh.

Selain itu, pola makan ini juga mengesampingkan karbohidrat, sehingga tubuh beralih menggunakan lemak sebagai sumber energi utama.

Padahal, karbohidrat adalah sumber utama tenaga untuk tubuh manusia. Ketika kita makan karbohidrat, tubuh merubahnya jadi glukosa atau gula yang digunakan sebagai energi.

Pada diet karnivora, proses penggunaan lemak dianggap sebagai energi dan dikenal dengan istilah ketosis. Adapun ketosis terjadi ketika tubuh memecah lemak menjadi keton untuk menggantikan peran glukosa sebagai bahan bakar.

Menurut berbagai sumber, pola makan ini dipercaya memiliki manfaat bagi kesehatan. Diet karnivora disebut dapat membantu mengurangi inflamasi serta mendukung peningkatan kesehatan metabolik.

Risiko diet karnivora

Meski terdengar menjanjikan, sejumlah pakar gizi memperingatkan terdapat berbagai risiko diet karnivora yang dapat mempengaruhi kesehatan.

Menurut mereka, risiko diet karnivora tersebut mencakup kekurangan serat, meningkatnya kadar kolesterol dalam tubuh, dan dampak negatif jangka panjang terhadap kesehatan usus.

Disamping itu, pola diet karnivora bersifat sangat terbatas dan menghilangkan hampir seluruh jenis grup makanan.

Berikut ini 10 risiko diet karnivora yang berpotensi mengancam kesehatan tubuh Anda.

1. Sembelit

Risiko diet karnivora yang pertama adalah masalah sembelit. Beberapa narasi mengatakan sembelit tak jadi masalah bagi mereka yang menerapkan pola makan diet karnivora.

Namun sayangnya, mereka yang menerapkan pola makan ini umumnya tidak memperoleh serat sebagai zat gizi esensial untuk menjaga kesehatan usus besar.

Akibatnya, sembelit bisa menjadi ancaman tersembunyi hingga masalah besar dalam kesehatan Anda

2. Risiko Kanker Usus Besar

Diet karnivora menghilangkan konsumsi buah dan sayuran yang kaya serat. Padahal, serat juga berperant vital dalam memelihara keseimbangan mikroba positif di saluran pencernaan.

Bahkan, kondisi kesehatan saluran cerna yang tidak ideal bisa mengakibatkan berbagai gangguan serta terkait pula dengan risiko kanker kolon.

Akibatnya, kekurangan serat dapat menyebabkan gangguan pencernaan seperti sembelit dan meningkatkan risiko penyakit usus.

3. Kesehatan Usus Terganggu

Berdasarkan informasi yang dihimpun, diet karnivora dapat mengganggu keseimbangan mikrobiota usus. Ketidakseimbangan ini berpotensi menyebabkan inflamasi dan gangguan pencernaan jangka panjang.

Sebuah tinjauan menyimpulkan bahwa pola makan dengan kadar protein tinggi dan karbohidrat rendah bisa memperbesar kemungkinan terjadinya peradangan pada saluran pencernaan.

Ketika tubuh memproses sejumlah besar protein, ia menghasilkan limbah potensial berisiko bagi usus. Limbah tersebut memiliki efek merugikan pada kondisi kesehatan usus secara keseluruhan.

4. Risiko Kanker Lambung

Pola makan yang mengandalkan konsumsi daging merah dan daging olahan telah lama dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker lambung. Beberapa penelitian dikabarkan menunjukkan adanya hubungan antara risiko diet karnivora dengan kemungkinan berkembangnya kanker perut.

Sebuah analisis menyeluruh yang mencakup 42 penelitian mengungkap wawasan menarik terkait dampak konsumsi daging merah dan produk olahannya. Beberapa studi individu juga menemukan adanya keterkaitan yang signifikan antara pola makan ini dengan meningkatnya risiko kanker lambung.

Namun, berbagai penelitian surveilans belum berhasil membuktikan hubungan tersebut secara konsisten. Perbedaan metodologi dan faktor lain dalam studi ini menyebabkan hasil yang bervariasi. Sehingga para pakar terus meneliti dampak sebenarnya dari konsumsi daging merah terhadap kesehatan lambung.

5. Risiko Gangguan Makan

Menerapkan batasan makanan yang terlalu ketat dapat memicu pola makan yang tidak seimbang. Ketika seseorang mulai mengategorikan makanan secara ekstrem sebagai “sehat” atau “tidak sehat,” mereka bisa kehilangan fleksibilitas dalam memilih asupan yang dibutuhkan tubuh.

Pola pikir seperti ini berisiko menyebabkan kebiasaan makan yang tidak normal. Alih-alih menikmati makanan dengan bijak, seseorang mungkin merasa tertekan karena aturan yang mereka buat sendiri atau dipengaruhi tren diet tertentu.

Dalam kasus yang lebih serius, pendekatan ini dapat berkembang menjadi gangguan makan. Beberapa orang mengalami kecemasan berlebihan saat mengonsumsi makanan tertentu. Pada akhirnya berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental mereka.

6. Kekurangan Nutrisi

Walaupun daging memang bernutrisi, namun hanya menggantungkannya pada diet bisa menimbulkan asupan gizi tidak teratur.

Diet yang beragam dalam produk tanaman sering dikaitkan dengan penurunan risiko penyakit kronis seperti sakit jantung dan diabetes jenis 2, sebab adanya komponen-komponennya yang bermanfaat tersebut.

Di sisi lain, diet karnivora kurang memiliki zat-zat penting ini serta belum ada bukti tentang keuntungan kesehatan secara keseluruhan dalam jangka waktu lama.

7. Potensi Negatif dari Efek Lemak Jenuh Berlebihan

Beberapa profesional medis mengkhawatirkan dampak lemak jenuh yang terkandung dalam makanan berbasis daging, seperti steak berlemak dan bacon. Konsumsi makanan ini sering kali menjadi tantangan utama bagi mereka yang menjalani diet keto, mengingat pola makan tersebut cenderung tinggi lemak.

Namun, perdebatan mengenai bahaya lemak jenuh masih berlangsung di kalangan ahli gizi dan kesehatan. Sementara beberapa studi menunjukkan kaitannya dengan peningkatan risiko penyakit jantung.

Penelitian lain juga mempertanyakan seberapa besar dampaknya terhadap kesehatan secara keseluruhan. Sebuah analisis yang mencakup lebih dari 100 studi kasus menyarankan agar mengganti lemak jenuh dengan lemak tidak jenuh.

Hal tersebut diklaim dapat membantu mengurangi risiko gangguan kardiovaskular. Sumber lemak tidak jenuh, seperti minyak zaitun, alpukat, dan kacang-kacangan, dinilai lebih bermanfaat bagi kesehatan jantung.

8. Risiko Gangguan Ginjal

Mengonsumsi daging dengan kandungan protein berlebih dapat memberikan tekanan tambahan pada ginjal. Organ ini harus bekerja lebih keras untuk memproses dan membuang hasil metabolisme protein yang meningkat.

Pasalnya, proses metabolisme protein yang tinggi menyebabkan peningkatan produksi limbah nitrogen dalam tubuh. Kondisi ini membuat ginjal harus menyaring lebih banyak zat sisa. Sehingga berpotensi membebani fungsi organ dalam jangka panjang.

9. Potensi Gangguan Hormonal

Diet karnivora yang hanya berfokus pada satu kelompok makanan dapat secara aktif mengganggu produksi hormon dalam tubuh. Ketidakseimbangan nutrisi dari pola makan ini berpotensi merusak sistem hormonal yang bekerja secara teratur.

Gangguan hormon ini bisa berdampak lebih serius bagi perempuan yang diketahui dapat menyebabkan terganggunya siklus menstruasi.

Tak hanya itu, ketidakseimbangan hormon akibat diet ekstrem (karnivora) juga dapat memengaruhi kemampuan reproduksi dalam jangka panjang.

10. Perubahan Mood dan Efek Yo-Yo Dieting

Kurangnya asupan nutrisi dalam diet karnivora secara aktif memengaruhi suasana hati. Pola makan ini sering kali menyebabkan rasa lelah berkepanjangan yang mengganggu aktivitas sehari-hari.

Diet ini juga berdampak pada kemampuan konsentrasi. Melansir dari berbagai sumber, gangguan fokus dan peningkatan risiko gangguan makan sering kali menjadi efek samping dari pola makan yang tidak seimbang.

Tidak hanya itu, diet karnivora juga dikenal memicu efek Yo-Yo Dieting, yakni penurunan berat badan drastis yang sering kali tidak bertahan lama.

Kondisi ini bahkan dapat menyebabkan berat badan kembali naik lebih tinggi dari sebelumnya. Hal tersebut menambah daftar risiko Diet Karnivora yang perlu dipertimbangkan sebelum memilih pola makan ekstrem ini.

Baca juga:
Bisakah Diet Karnivora Jadi Solusi Efektif Menurunkan Berat Badan Ideal? Begini Penjelasannya

Dengan demikian, diet karnivora tidak selalu cocok untuk setiap orang. Pola makan ini dapat membawa risiko bagi mereka yang memiliki kondisi kesehatan tertentu atau kebutuhan gizi spesifik.

Seseorang dengan masalah ginjal jangka panjang sebaiknya menghindari diet ini, karena tingginya asupan protein dapat membebani organ ginjal secara berlebihan.

Selain itu, orang dengan kadar kolesterol yang melebihi batas normal juga perlu berhati-hati, mengingat konsumsi daging merah dan lemak hewani berpotensi memperburuk kondisi tersebut.

Diet karnivora juga tidak ideal bagi mereka yang membutuhkan nutrisi yang seimbang dan beragam, seperti anak-anak, ibu hamil, dan ibu menyusui. Mereka memerlukan asupan yang lebih seimbang untuk mendukung pertumbuhan serta kesehatan tubuh secara optimal.

Selain faktor fisik, aspek psikologis juga perlu dipertimbangkan. Dengan demikian, diet karnivora ini sebaiknya dihindari, karena pola makan yang terlalu terbatas dapat memperburuk kondisi kesehatan mereka.

Menyesuaikan pola makan dengan kebutuhan tubuh merupakan langkah penting dalam menjaga kesehatan. Konsultasi dengan ahli gizi atau dokter dapat membantu menentukan pilihan yang paling sesuai.

Memahami keseimbangan dalam pola makan sangat penting agar tubuh mendapatkan nutrisi yang diperlukan tanpa terbebani oleh konsep “benar” dan “salah” dalam memilih makanan. (Zonalima.com)

Rekomendasi:
Kapsul Penurun Berat Badan Secara Alami, Slimming dan Pelangsing

Teh Hijau Diet Pelangsing Alami 100% Detox Penurun Berat Badan