Industri perfilman Indonesia belum lama ini telah kehilangan sosok Ray Sahetapy, salah satu aktor terbesar dalam dunia akting.
Aktor senior dengan nama lengkap Ferenc Raymon Sahetapy ini dikabarkan meninggal dunia pada usia 68 tahun. Kabar duka tersebut diumumkan oleh anaknya, Surya Sahetapy, pada Selasa malam (1/4/2025).
Ray Sahetapy memiliki perjalanan hidup yang luar biasa, dari awal kehidupannya hingga karier cemerlangnya di dunia perfilman. Sayangnya, situasi kesehatannya memburuk menjelang kepergiannya.
Melalui akun Instagram-nya, Surya membagikan berita duka tersebut kepada publik. Kabar tersebut meninggalkan duka mendalam bagi para penggemar dan insan perfilman Indonesia.
“Selamat jalan ayah @raysahetapy,” tulis Surya di bawah foto kenangan bersama ayahnya. Ia melanjutkan, “Kami akan terus menyimpan kenangan indah saat berada di sampingmu.”
Surya juga menambahkan pesan emosional, “Berikan salam sayang dan rindu kepada Kak Gisca!”
Gisca Putri Agustina Sahetapy merupakan kakak tertua dari Suryan Sahetapy, yaitu puteri pertama dari Ray Sahetapy dan Dewi Yull, yang sudah meninggal pada 2010.
Profil Ray Sahetapy
Menurut informasi di Wikipedia, Ray Sahetapy dilahirkan pada 1 Januari 1957. Dia menjadi salah satu bintang terkemuka Indonesia yang sangat dihormati pada masanya.
Ray sering memerankan karakter laki-laki yang kompleks, dengan kedalaman emosi yang kuat dan sifat yang kaya. Kemampuannya untuk menghidupkan peran seperti ini menjadikannya aktor yang diperhitungkan dalam industri perfilman.
Karier Ray di dunia akting berlangsung lebih dari empat dekade. Ia menerima banyak penghargaan berkat perannya yang luar biasa di berbagai film.
Beberapa film dramatis yang melambungkan namanya termasuk Ponirah Terpidana (1983), Tatkala Mimpi Berakhir (1987), dan Jangan Bilang Siapa-Siapa (1990).
Disamping itu, Ray Sahetapy sudah mendapatkan nominasi tujuh kali untuk Piala Citra di Festival Film Indonesia, dengan enam dari total itu adalah untuk Kategori Aktor Terbaik.
Dia juga memiliki rekord sebagai orang yang paling banyak mendapat nomini dalam kategori ini namun belum pernah menang.
Masa Kecil Ray Sahetapy
Ray Sahetapy menghabiskan masa kecilnya di Panti Asuhan Yatim Warga Indonesia, Surabaya. Kehidupannya di sana turut membentuk kepribadiannya yang tangguh.
Sejak usia muda, Ray telah bercita-cita menjadi seorang aktor. Impian ini mendorongnya untuk terus belajar dan berusaha menggapai mimpinya.
Pada tahun 1977, Ray melanjutkan pendidikannya di Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Di sana, ia belajar bersama tokoh-tokoh besar seperti Deddy Mizwar dan Didik Nini Thowok, yang juga menjadi bagian dari sejarah seni peran Indonesia.
Pernikahan Ray Sahetapy
Ray Sahetapy menikahi Dewi Yull pada 16 Juni 1981. Pernikahan tersebut dilakukan tanpa persetujuan orangtua Dewi karena adanya perbedaan keyakinan. Saat itu, Dewi beragama Islam, sedangkan Ray beragama Kristen.
Pada tahun 1992, Ray Sahetapy memutuskan untuk menjadi seorang mualaf. Keputusan ini menjadi bagian penting dalam perjalanan spiritualnya.
Dari pernikahannya dengan Dewi Yull, keluarga ini pernah dikenal sebagai salah satu keluarga seni yang cukup harmonis, dan dikaruniai empat anak.
Mereka adalah Giscka Putri Agustina Sahetapy (lahir 1982, meninggal 2010), Rama Putra Sahetapy (lahir 1992), Surya Sahetapy (lahir 1994), dan Muhammad Raya Sahetapy (lahir 2000).
Namun demikian, Dewi Yull memutuskan untuk mengajukan gugatan cerai terhadap Ray Sahetapy karena tidak menerima poligaminya. Keputusan ini ia ambil setelah mengetahui bahwa Ray berencana menikah kembali dengan Sri Respatini Kusumastuti.
Sri adalah seorang wanita yang sudah memiliki dua anak dan menjalankan bisnis kedai serta layanan katering. Selain itu, ia pernah bekerja sebagai dosen seni pertunjukan di Institut Kesenian Jakarta.
Ray dan Dewi secara resmi berpisah pada 24 Agustus 2004. Tidak lama setelah itu, pada Oktober 2004, Ray menikah dengan Sri Respatini Kusumastuti.
Nama terakhir tersebut juga dikenal sebagai kepala asosiasi Pelaku Seni Nusantara, yang menunjukkan dedikasinya pada dunia seni.
Karier Ray di Dunia Film
Ray Sahetapy memulai debutnya di dunia film pada tahun 1980 lewat film Gadis, yang disutradarai oleh Nya’ Abbas Akup. Dalam film ini, ia bertemu dengan Dewi Yull, yang kemudian menjadi istrinya.
Pada tahun 1988, Ray membintangi film Noesa Penida, yang membuatnya diusulkan sebagai Aktor Terbaik dalam Festival Film Indonesia 1989. Prestasinya ini menunjukkan kemampuan aktingnya yang luar biasa.
Selain itu, Ray menerima nominasi hingga tujuh kali dalam Festival Film Indonesia. Film-film tersebut meliputi Ponirah Terpidana (1984), Secangkir Kopi Pahit (1985), Kerikil-Kerikil Tajam (1985), Opera Jakarta (1986), Tatkala Mimpi Berakhir (1988), serta Jangan Bilang Siapa-Siapa (1990).
Karya-karyanya tersebut membuktikan dedikasinya pada dunia perfilman dan kemampuannya memerankan karakter dengan kedalaman yang mengesankan.
Saat industri perfilman Indonesia sedang lesu, dia masih aktif dalam dunia akting. Ray mendirikan satu studio drama di bagian luar kota dan mengumpulkan grup pemain drama di tempat tersebut.
Melalui pendapatnya tersebut, dia sempat menciptakan kehebohan karena ide untuk merombak nama Republik Indonesia menjadi Republik Nusantara.
Di tengah tahun 2006, dia kembali berkarir di industri perfilman melalui peran dalam film Dunia Mereka. Bahkan, Kongres PARFI di tahun tersebut menunjuk Ray sebagai salah satu dari pemimpinnya.
Kesehatan Ray Sebelum Wafat
Ray Sahetapy sebelumnya dikabarkan menderita penyakit untuk beberapa waktu sebelum kepergiannya. Kondisi kesehatannya menjadi perhatian publik setelah putranya, Rama Sahetapy, mengunggah foto bersama sang ayah di media sosial.
Dalam unggahannya, Rama meminta dukungan dari masyarakat agar kondisi kesehatan Ray dapat membaik. Postingan tersebut memicu simpati sekaligus kekhawatiran dari para penggemar dan rekan-rekannya.
Pada awalnya, keluarga Ray memilih untuk tidak memberikan penjelasan rinci mengenai penyakit yang dideritanya. Keputusan ini memunculkan berbagai spekulasi di kalangan publik.
Akhirnya, Rama memberikan klarifikasi dan menjelaskan bahwa ayahnya sedang berjuang melawan serangan stroke. Pengungkapan ini mengakhiri spekulasi yang berkembang dan menguatkan dukungan dari berbagai pihak terhadap keluarga Ray.
“Halo semuanya, berkat doa kalian untuk kesembuhan Bapak kami sangat dihargai,” demikian tulis Rama Sahetapy dalam unggahan Instagramnya pada Selasa (1/8/2023).
Rama Sahetapy mengungkapkan bahwa berbagai informasi tentang kondisi kesehatan ayahnya telah menimbulkan pertanyaan publik.
Ia menjelaskan bahwa bulan lalu, Ray mengalami serangan stroke yang memaksanya untuk beristirahat sepenuhnya.
“Sebab beredar begitu banyak informasi yang bertentangan serta adanya pertanyaan seputar keadaan Bapak, kami ingin memberitahu bahwa bulan lalu Bapak telah mendapat serangan strooke yang membutuhkan dia untuk beristirahat sepenuhnya,” jelasnya.
Sejak saat itu, Ray menjalani pengobatan luar rumah dengan dukungan penuh dari anggota keluarga terdekat.
Selanjutnya, Rama menyampaikan bahwa saat ini Ray dirawat oleh dirinya, Merdi, serta keluarga lainnya. Ia juga mengajak semua orang untuk berdoa agar kondisi ayahnya segera membaik.
“Sekarang Bapak dirawat oleh saya, Merdi, serta keluarga Bapak. Mari kita berdoa agar Bapak dapat segera pulih,” ungkap Rama seperti yang diberitakan. (Zonalima.com)